Menelisik Lebih Dekat Bakteri Endosimbion pada Ae. Aegypti dan Aktivitas Madu Hutan Riau sebagai Anti Bakteri

Yogyakarta, Kamis (31/08/17) Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi UGM mengadakan sebuah agenda diskusi dan sharing hasil penelitian. Kegiatan ini merupakan salah satu agenda dwi pekanan yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat meneliti dan memperdalam keilmuan mengenai objek-objek mikroBIOLOGI. Kegiatan ini dihadiri oleh Dosen, Peneliti dan Asisten Laboratorium. Kegiatan yang berdurasi 90 menit ini menghadirkan beberapa narasumber yang sedang melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi UGM.

Pada kesempatan ini, narasumber yang dihadirkan yaitu Arum Sari, S.Si dan Muhammad Azri. Arum Sari, S.Si merupakan peneliti Thesis Pasca Sarjana di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi UGM. Sedangkan Muhammad Azri merupakan mahasiswa S1 Fakultas Biologi UGM yang sedang menempuh skripsi. Dari hasil penelitiannya Arum memaparkan mengenai “Karakterisasi Bakteri Endosimbion Aedes aegypti dan Aktivitasnya terhadap Larva Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat endemisitas penyakit Demam Berdarah di Indonesia. Karena pasalnya menurut data WHO, Tahun 2015, telah terjadi 30 juta kasus DBD di dunia dan 22 ribu orang meninggal dunia. Dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arum dan dibimbing oleh Prof. Dra. Endang Sutariningsih Soetarto, M.Sc., Ph.D. ini menjelaskan bagaimana bakteri endosimbion dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan larava Ae. Aegypti dan bahkan aktivitas bakteri endosimbion tersebut mampu mengakibatkan terjadinya perubahan sifat hingga mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti.

MicrobiologyLabMeeting2017_gb3

Dari hasil penelitian ini pula temukan bahwa terdapat 10 isolat bakteri endosimbion dari nyamuk Ae. Aegypti, yaitu berasal dari genus BacillusStaphylococcusBacteroidesEnterobacterStreptococcus, serta bakteri gram negatif coccus. Dan 4 diantaranya memilki aktivitas antibiotik terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Genus Staphylococcus memiliki efek  mortalitas paling tinggi terhadap larva Aedes aegyptyStaphylococcus diketahui memproduksi toksin ekstraseluler (bacteriocin) yang disebut Staphylococcin, terutama pada Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri patogen pada manusia maupun hewan.

Selain  itu, juga dipaparkan penelitian mengenai “Uji Antibakteri Madu Hitam dan Madu Sialang Hutan Riau terhadap Bakteri Staphylococcus aureus FNC 0047 dan Escherichia coli FNC 0018” oleh Muhammad Azri, penelitian yang dibimbing oleh Ibu Dr. Endah Retnaningrum M.Sc ini mengangkat tema mengenai aktivtas madu yang bermanfaat sebagai antibakteri. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya informasi mengenai kemampuan madu hitam dan madu sialang yang berasal dari Hutan Riau, khususnya daerah Taman Nasional Tesso nillo sebagai antibakteri. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menguji secara ilmiah kebenaran dari informasi tersebut.

MicrobiologyLabMeeting2017_gb6

Dari hasil penelitiannya, Azri memaparkan bahwa pada konsentrasi 40% aktivitas antibakteri madu sialang tergolong paling kuat (Susceptible) terhadap bakteri Staphylococcus aureus FNCC 0047 sedangkan pada konsentrasi 80% aktivitas madu hitam tergolong paling lemah (Resistance) terhadap Escherichia coli FNCC 0018. Berdasarkan hasil uji total fenol pada kedua madu ini ditemukan pula bahwa total fenol yang dihasilkan oleh madu Sialang sebesar 0,4318% sementara pada madu hitam hanya sebesar 0,3465%.

Harapannya sharing hasil penelitian iini dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia khususnya dalam meningkatkan potensi sumberdaya yang ada dan mampu meng explore kemampuan serta kapasitas diri untuk terus menempa dan meningkatkan skill meneliti yang baik demi terciptanya generasi yang handal, berkualitas dan kreatif. (*HanifaHanini)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.